Halaman terbaru

TERBARU

loading...
Manajemen Pemeliharaan Ternak Sapi Potong

Manajemen Pemeliharaan Ternak Sapi Potong


KATA PENGANTAR
            Dengan memanjatkan  puji syukur kehadirat  tuhan yang maha esa, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Manajemen Ternak Potong dengan judul “Manajemen Pemeliharaan Ternak Sapi Potong dari Pedet, Remaja/Dara dan Dewasa (Pejantan dan Betina Bunting sampai Beranak).
            Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari bahwa isi yang terkandung dalam makalah ini masih banyak kekurangannya sehingga, penulis mengharapkan adanya masukan dan inspirasi yang dapat menyempurnakan isi makalah ini.
            Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca maupun bagi penulis sendiri. Dan semoga makalah ini dapat di gunakan sebaik mungkin.  Apabila ada kurang dan lebihnya dari kata-kata ini, penulis mohon maaf sebesar-besarnya.





Kendari, 13 September 2014

Penulis  








BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

            Ternak sapi potong saat ini merupakan target dalam pengembangannya di Indonesia, hal ini di karenakan permintaan daging yang masih sangat melambung tinggi dari persediaan yang ada. Masih belum tercukupinya kebutuhan daging di Indonesia menyebabkan banyak agen yang mencurangi masyarakat peternak sapi dengan mendatangkan daging impor dari ruang negeri.
          Kebijakan Pemerintah, sapi potong sebagai salah satu usaha perlu terus dikembangkan. Bantuan Pemerintah dalam mendukung pengembangan sapi potong antara lain adalah bantuan dan fasilitas, seperti kredit penggemukan sapi, bantuan bagi hasil dan lain sebagainya. Banyak peternak yang tidak paham dengan arti usaha peternakan. Pada umumnya di Indonesia lebih banyak peternak tradisional yang hanya menjadikan peternakan sebagai usaha sampingan di bandingkan yang serius mengembangkan usaha peternakannya menjadi sumber pendapatan yang utama.
Pada dasarnya usaha ternak sapi potong tidak hanya bermodalkan kerja fisik dalam perencanaan dan  pengerjaan, namun diperlukan manajemen pemeliharaan yang baik agar dapat meminimalisir resiko yang akan dialami dalam suatu usaha.
Begitu potensialnya pengembangan sapi potong dalam kebijaksanaan Sub Sektor Peternakan, sehingga sudah sewajarnya memperoleh perhatian petani – ternak untuk dipilih sebagai salah satu usaha. Program peningkatan usaha peternakan sapi potong tradisional kearah usaha peternakan yang lebih maju, dan menguntungkan tidak terlepas dari :
ü  Penggunaan bibit sapi potong yang baik dan unggul.
ü  Perbaikan makanan, baik kwalitas maupun kwantitasnya.
ü  Menerapkan manajemen pemeliharaan yang baik.
ü  Penjagaan dan perawatan ternak sapi potong, terutama penjagaan kesehatan
Menciptakan pemasaran hasil ternak sapi potong yang menguntungkan.
B.     Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah, sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui hal-hal yang perlu di perhatikan dalan manajemen pemeliharaan ternal sapi potong.
2.      Untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan manajemen pemeliharaan ternak sapi potong.

Sedangkan manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar dapat mengetahui hal-hal yang harus di perhatikan untuk memanajemen usaha ternak sapi poton yang baik dan benar.





















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Manajemen Pemeliharaan Pedet (Anak Sapi)
Manajemen pemeliharaan pedet merupakan salah satu bagian dari proses penciptaan bibit sapi yang bermutu. Biit sapi potong yang bermutu akan membantu dalam keberhasilan usaha perkembangan sapi potong. Untuk itu maka sangat diperlukan penanganan yang benar mulai dari sapi itu dilahirkan sampai mencapai usia sapi dara.  Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya :

1.      Penanganan Pedet pada saat lahir
Ø  Bersihkan semua lendir yang ada dimulut dan hidung harus dibersihkan demikian pula yang ada dalam tubuhnya menggunakan handuk yang bersih.
Ø  Buat pernapasan buatan bila pedet tidak bisa bernapas.
Ø  Potong tali pusarnya sepanjang 10 cm dan diolesi dengan iodin untuk mencegah infeksi lalu diikat.
Ø  Berikan jerami kering sebagai alas.
Ø  Beri colostrum secepatnya paling lambat 30 menit setelah lahir.

2.      Pemberian Pakan Anak Sapi / Pedet
Ø  Pedet yang terdapat di BET semaksimal mungkin mendapatkan asupan nutrisi yang optimal. Nutrisi yang baik saat pedet akan memberikan nilai positif saat lepas sapih, dara dan siap jadi bibit yang prima.  Sehingga produktivitas yang optimal dapat dicapai.   Pedet yang lahir dalam kondisi sehat serta  induk sehat di satukan dalam kandang bersama dengan induk dengan diberi sekat agar pergerakan pedet terbatas.  Diharapkan pedet mendapat susu secara ad libitum, sehingga nutrisinya terpenuhi.
Ø  Selain itu pedet dapat mulai mengenal pakan yang dikonsumsi induk yang kelak akan menjadi pakan hariannya pedet tersebut setelah lepas sapih.  Perlakuan ini haruslah dalam pengawasan yang baik sehingga dapat mengurangi kecelakaan baik pada pedet atau induk.
Ø  Bagi pedet  yang sakit, pedet dipisah dari induk dan dalam perawatan sampai sembuh sehingga pedet siap kembali di satukan dengan induk atau induk lain yang masih menyusui.  Selama pedet dalam perawatan susu diberikan oleh petugas sesuai dengan umur dan berat badan.

a.       Proses Pencernaan Pada Sapi Pedet.
Untuk dapat melaksanakan program pemberian pakan pada pedet, ada baiknya kita harus memahami dulu susunan dan perkembangan alat pencernaan anak sapi.  Perkembangan alat pencernaan ini yang akan menuntun bagaimana langkah-langkah pemberian pakan yang benar.
Sejak lahir anak sapi telah mempunyai 4 bagian perut, yaitu :
ü  Rumen (perut handuk),
ü  Retikulum (perut jala),
ü  Omasum (perut buku) dan
ü  Abomasum (perut sejati). 
Pada awalnya saat sapi itu lahir hanya abomasum yang telah berfungsi, kapasitas abomasum sekitar 60 % dan menjadi 8 % bila nantinya telah dewasa. Sebaliknya untuk rumen semula 25 % berubah menjadi 80 % saat dewasa.  Waktu kecil pedet hanya akan mengkonsumsi air susu sedikit demi sedikit dan secara bertahap anak sapi akan mengkonsumsi calf starter (konsentrat untuk awal pertumbuhan yang padat akan gizi, rendah serat kasar dan bertekstur lembut) dan selanjutnya belajar menkonsumsi rumput.  Pada saat kecil, alat pencernaan berfungsi mirip seperti hewan monogastrik.
Pada saat pedet air susu yang diminum akan langsung disalurkan ke abomasum, berkat adanya saluran yang disebut “Oeshopageal groove”.  Saluran ini akan menutupi bila pedet meminum air susu, sehingga susu tidak jatuh ke dalam rumen.  Bila ada pakan pada baik konsentrat atau rumput, saluran tersebut akan tetap membuka, sehingga pakan padat jatuh ke rumen.  Proses membuka dan menutupnya saluran ini mengikuti pergerakan refleks.  Semakin besar pedet, maka gerakan reflek ini semakin menghilang.  Selama 4 minggu pertama sebenarnya pedet hanya mampu mengkonsumsi pakan dalam bentuk cair.
Zat makanan atau makanan yang dapat dicerna pada saat pedet adalah :
ü  protein air susu casein),
ü  lemak susu atau lemak hewan lainnya,
ü  gula-gula susu (laktosa, glukosa),
ü  vitamin dan
ü  mineral. 
Ia mampu memanfaatkan lemak terutama lemak jenuh seperti lemak susu, lemak hewan, namun kurang dapat memanfaatkan lemak tak jenuh misalnya minyak jagung atau kedelai.  Sejak umur 2 minggu sapi pedet dapat mencerna pati-patian, setelah itu secra cepat akan diikuti kemampuan untuk mencerna karbohidrat lainnya (namun tetap tergantung pada perkembangan rumen).  Vitamin yang dibutuhkan pada saat pedet adalah vitamin A, D dan E.  Pada saat lahir vitamin-vitamin tersebut masih sangat sedikit yang terkandung di dalam kolostrum sehingga perlu diinjeksi ketiga vitamin itu pada saat baru lahir.
Dalam kondisi normal, perkembangan lat pencernaan dimulai sejak umur 2 minggu.  Populasi mikroba rumennya mulai berkembang setelah pedet mengkonsumsi pakan kering.  Semakin besar pedet maka ia akan mencoba mengkonsumsi berbagai jenis pakan dan akan menggertak komponen perutnya berkembang dan mengalami modifikasi fungsi.  Anak sapi / pedet dibuat sedikit lapar, agar cepat terangsang belajar makan padatan (calf starter).  Pedet yang baru lahir mempunyai sedikit cadangan makanan dalam tubuhnya.  Bila pemberian makanan sedikit dibatasi (dikurangi), akan memberikan kesempatan pedet menyesuaikan diri terhadap perubahan kondisi pakan, tanpa terlalu banyak mengalami stress/cekaman.
Tahap mencapai alat pencernaan sapi dewasa umunya pada umur 8 minggu, namu pada umur 8 minggu kapasitas rumen masih kecil, sehingga pedet belum dapat mencerna/memanfaatkan rumput atau makanan kasar lainnya secar maksimal.
Umur mencapai tahapan ini sangat dipengaruhi oleh tipe pakannya ( yaitu berapa lama  dan banyak air susu diberikan, serta kapan mulai diperkenalkan pakan kering).  Setelah disapih, pedet akan mampu memanfaatkan protein vegetal dan setelah penyapihan perkembangan alat pencernaan sangat cepat.

b.      Jenis-jenis Bahan Pakan Anak Sapi / Pedet.
            Jenis bahan pakan untuk anak sapi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
ü  Pakan cair/likuid       :  kolostrum, air susu normal, milk replacer.
ü  Pakan padat/kering  : konsentrat pemula (calf starter).
            Agar pemberian setiap pakan tepat waktu dan tepat jumlah, maka karakteristik nutrisi setiap pakan untuk pedet perlu diketahui sebelumnya.
 
1. Kolostrum.
Kolostrum adalah air susu yang dikeluarkan dari ambing sapi yang baru melahirkan, berwarna kekunig-kuningan dan lebih kental dari air susu normal.
*      Komposisi kolostrum :
§  Kolostrum lebih banyak mengandung energi, 6X lebih banyak kandungan proteinnya, 100X untuk vitamin A dan 3X lebih kaya akan mineral dibanding air susu normal.
§  Mengandung enzym yang mampu menggertak sel-sel dalam alat pencernaan pedet supaya secepatnya dapat berfungsi (mengeluarkan enzim pencernaan).
§  Kolostrum mengandung sedikit laktosa sehingga mengurangi resiko diare.
§  Mengandung inhibitor trypsin, sehingga antibodi dapat diserap dalam bentuk protein.
§  Kolostrum kaya akan zat antibodi yang berfungsi melindungi pedet yang baru lahir dari penyakit infeksi.
§  Kolostrum dapat juga menghambat perkembangan bakteri E. coli  dalam usus pedet (karena mengandung laktoferin) dalam waktu 24 jam pertama.
*      Mutu Kolostrum :
Warna dan kekentalannya menunjukan kualitasnya (kental dan lebih kekuning-kuningan akan lebih baik, karena kaya akan imonoglobulin).  Kualitas kolostrum akan rendah apabila : Lama kering induk bunting, kurang dari 3 – 4 minggu, sapi terus diperah sampai saat melahirkan. Sapi induk terlalu muda, ambing dan puting susu tidak segera dibersihkan saat melahirkan maupun saat akan diperah.

2    Milk Replacer atau Pengganti Air Susu (PAS).
Pada fase pemberian susu untuk pedet, air susu sapi asli dapat diganti menggunakan Milk Replacer/PAS.  Milk Replacer yang baik kualitasnya dapat memberikan pertambahan bobot badan yang sama dengan kalau diberi air susu sampai umur 4 minggu.  Namun kadang-kadang pemberian milk replacer mengakibatkan sapi lambat dewasa kelamin dan sering mengakibatkan pedet kegemukan.  Milk replacer yang baik dibuat dari bahan baku yang berasal dari produk air susu yang baik seperti ; susu skim, whey, lemak susu dan serealia dalam jumlah terbatas.  Milk replacer sebaiknya diberikan pada saat pedet berusia antara 3 – 5 minggu dan jangan diberikan kepada pedet yang berusia kurang dari 2 minggu.  Pedet yang berusia kurang dari 2 minggu belum bisa mencerna pati-patian dan protein selain casein (protein susu).
Milk replacer yang baik mempunyai standar komposisi sebagi berikut :
§   Protein 20%, lemak 12%, serat kurang dari 0.25% dan juga mengandung antibiotik untuk mencegah diare.  Selain antibiotik juga dapat memberikan faedah dalam nafsu makan, kehalusan bulu yang halus, pertambhan bobot badan dan efisien penggunaan pakan.  Anti biotik yang sering digunakan adalah Klortetrasiklin dan oksitetrasiklin.  Frekuensi pemberian sama dengan pemberian air susu harus lebih dari 1X dalam 1 hari dan yang terpenting harus teratur waktu dan jumlahnya.

c.       Manajemen Pemeliharaan Pedet Baru Lahir dan Pemberian kolostrum.
Pemeliharaan pedet harus memerlukan perhatian yang khusus, berbeda dengan pemeliharaan sapi ternak dewasa, terutama dalam penanganan mulai kelahiran sampai pemberian pakan dan penanganan penyakit selama masa pertumbuhannya.
1.      Manajemen Pemberian Kolostrum 1 – 4 hari Pasca Kelahiran.
ü  Segera bersihkan ambing dan puting induk pasca melahirkan dengan menggunakan air hangat.
ü  Usahakan pedet dapat segera ( dalam waktu kurang dari 15 – 30 menit ) menyusu pada induknya (induk dan pedet jangan dipisah dulu, agar pedet dapat langsung menyusu pada induknya.  Selain itu dengan menyusu, akan merangsang sekresi oksitosin yang menggertak pergerakan uterus, sehingga kotoran yang ada dalam uterus induk setelah melahirkan dapat dibersihkan.
ü  Bila pedet tidak dapat menyusu pada induknya maka di perah kolostrum dari induk sebanyak 1 liter.
ü  Berikan segera ke pedet dalam waktu 15 – 30 menit.
ü  Berikan kembali kolostrum dalam 2X pemberian berikutnya masing-masing 2 liter/pemberian dalam waktu 12 – 24 jam berikutnya sejak lahir.
ü  Kapasitas normal pedet yang baru lahir adalah 1 liter, dengan demikian kolostrum tidak dapat diberikan secara sekaligus, perlu dilakukan beberapa kali dalam sehari.
ü  Untuk hari-hari berikutnya, selama 3 hari berikutnya, berikan kolostrum 4 – 6 liter/hari dalam 3 kali pemberian (1.5 – 2 liter /pemberian).
ü  Kualitas kolostrum menentukan konsumsi antibodi pedet dalam darahnya, bila kurang memadai peluang hidup 30 % dan bila baik dapat menjadi 95 %.

2.      Manajemen Pemberian Susu 4 hari – 12 minggu (penyapihan).
ü  Pemberian susu pasca kolostrum dapat dimulai sejak pedet berumur 3 – 4 hari.
ü  Pemberiannya perlu dibatasi berkisar 8 – 10 % bobot badan pedet.  Misalnya pedet bobot badannya 50 kg, maka air susu yang diberikan 4 – 5 liter/ekor/hari.
ü  Pemberian susu diberikan secara bertahap dalam 1 hari 2 – 3 kali pemberian.
ü  Jumlah air susu yang diberikan akan terus meningkat sampai menginjak usia 2 bulan (8 minggu) disesuaikan bobot badan sapi dan akan terus menurun sampai ke fase penyapihan di usia 3 bulan (12 minggu). (dapat dilihat di tabel pemeliharaan pedet).
ü  Hindari pemberian susu berlebih dan berganti-ganti waktu secara mendadak.  Over feeding akan memperlambat penyapihan dan akan mengurangi konsumsi bahan kering dan akan mengakibatkan diare.
ü  Jangan memberikan air susu yang mengandung darah dari induk yang terkena infeksi (suhu tubuhnya meningkat).

3.      Manajemen Pemberian Pakan Awal/Pemula (Calf Starter)
Pemberian calf starter dapat dimulai sejak pedet 2 – 3 minggu (fase pengenalan).  Pemberian calf starter ditujukan untuk  membiasakan pedet dapat mengkonsumsi pakan padat dan dapat mempercepat proses penyapihan hingga usia 4 minggu.  Tetapi untuk sapi – sapi calon bibit dan donor penyapihan dini kurang diharapkan.
Penyapihan (penghentian pemberian air susu) dapat dilakukan apabila pedet telah mampu mengkonsumsi konsetrat calf starter 0.5 – 0.7 kg kg/ekor/hari atau pada bobot pedet 60 kg atau sekitar umur 1 – 2 bulan.  Tolak ukur kualitas calf starter  yang baik adalah dapat memberikan pertambahan bobot badan 0.5 kg/hari dalam kurun  waktu 8 minggu.  Kualitas calf starter yang dipersyaratkan : Protein Kasar 18 – 20%, TDN 75 – 80%, Ca dan P,  2 banding 1, kondisi segar, palatable, craked.

4.      Manajemen Pemberian Pakan Hijauan.
Pemberian hijauan kepada pedet yang masih menyusu, hanya untuk diperkenalkan saja guna merangsang pertumbuhan rumen.  Hijauan tersebut sebenarnya belum dapat dicerna secara sempurna dan belum memberi andil dalam memasok zat makanan.
Perkenalkan pemberian hay/rumput sejak pedet berumur 2 – 3 minggu.  Berikan rumput yang berkualitas baik yang bertekstur halus.
Jangan memberikan silase pada pedet (sering berjamur), selain itu pedet belum bisa memanfaatkan asam dan NPN yang banyak terdapat dalam silase.
Konsumsi hijauan harus mulai banyak setelah memasuki fase penyapihan.

B.     Manajemen Pemeliharaan Sapi Dara
Sapi dara dipelihara agar mencapai berat badan tertentu namun jangan sampai kegemukan. Metode penggembalaan sapi dara ada tiga,yaitu Diantaranya bersama induk, Tersendiri di lapangan untuk setiap sepuluh hari, Ditambat dilapangan atau di kandang. Pemberian Tanda, Penghilangan putting Berlebih, dan Penghilangan Tanduk. Jika heifers terlalu gemuk, mungkin akan terjadi akumulasi lemak pada saluran reproduksi mereka sehingga bisa mengakibatkan berkurangnya fertilitas dan dapat mrnimbulkan distochia. Heifers yang lebih tua dan terlalu gemuk akan lebih mudah mengalami gangguan metabolisme seperti sapi laktasi pada saat calving. Heifers yang terlalu kurus juga akan mengalami penurunan fertilitas serta dikhawatirkan akan menimbukan masalah kesehatan yang lain dibandingkan dengan heifers yang bobot badannya berukuran ideal dan tumbuh secara baik.

1. Tujuan Pembesaran Sapi Dara
            Heifers atau sapi betina merupakan sapi betina yang merupakan calon induk sudah dewasa kelamin (berumur 6-8 bulan) sampai beranak pertama kali. Mengingat tujuan utamanya sebagai calon induk maka perlu sekali diperhatikan kriteria-kriteria sebagai calon induk, antara lain :
a. Berasal dari turunan yang mempunyai produksi susu yang tinggi
b. Menunjukan pretumbuhan yang baik dan normal
c. Bebas dari cacat tubuh dan penyakit
            Pembesaran sapi dara untuk dijadikan calon induk ditujukan terhadap dua kepentingan, yaitu:
1) Pengganti Induk
Pada suatu usaha sapi sangat sering terjadi adanya pengeluaran (culling) sapi induk dalam setiap tahunnya yang mencapai prosentase 25%. Oleh karena itu, jumlah sapi dara yang akan dijadikan seagai induk pengganti (replacement stock) seharusnya disesuaikan dengan jumlah induk yang akan di culling dan ditambah dengan jumlah mortalitas yang mungkin terjadi pada sapi dara tersebut.

2) Pengembangan Usaha
Pengembangan usaha dengan cara menambah populasi induk dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
Ø  Membesarkan sapi dara yang berasal dari turunan sapi sendiri (self replacement).
Ø  Membeli dari luar (new comer replacement).

 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan sapi dara (heifers) :
ü  Bangsa sapi.
ü  Besar waktu lahir, mempunyai daya lebih besar untuk tumbuh pada waktu dewasa.
ü  Pertumbuhan pada periode pedet sampai umur 6 bulan.
ü  Pengaruh pakan.
ü  Pengaruh kebuntingan pada waktu pertumbuhan.

3. Penyiapan Sarana dan Peralatan
            Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjaga agar ternak nyaman sehingga dapat mencapai produksi yang optimal, yaitu :
*      Persyaratan secara umum :
ü  Ada sumber air atau sumur.
ü  Ada gudang makanan atau rumput atau hijauan.
ü  Jauh dari daerah hunian masyarakat.
ü  Terdapat lahan untuk bangunan dengan luas yang memadai dan berventilasi.
ü  Transportasi mudah.
ü  Daerah yang tidak rawan bencana serta iklim yang cocok bagi ternak.
ü  Kandang menghadap ke timur, dimungkinkan adanya intensitas sinar matahari.
ü  Kebersihan kandang terjaga.

4.Pemeberian Pakan Sapi Dara
            Pada pemeliharaan intensif, hijauan dan makanan penguat, seperti jagung giling, dedak halus, bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, tetes, dll. Rumput dan hijauan diberikan 10% dari BB, sedangkan makanan penguat 2-3 kg per ekor. Pemberian makanan penguat 1-2 kali sehari dan hijauan 2-3 kali sehari, air minum adlibitum. Saat kemarau panjang + hijauan awetan : silase, hay atau jerami, dimana volume makanan penguat harus ditingkatkan.
Pakan sapi terdiri dari hijauan sebanyak 60% (Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja, daun jagung, daun ubi dan daun kacang-kacangan) dan konsentrat (40%). Umumnya pakan diberikan dua kali per hari pada pagi dan sore hari. Pemberian pakan pada sapi dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu system penggembalaan, system perkandangan atau intensif dan system kombinasi keduanya.
Untuk sapi dara lepas sapih (umur 3 bulan-6 bulan), pemberian pakan starter (calf starter) mulai digantikan dengan formula pakan konsentrat dengan komposisi pakan protein kasar lebih dari 16 % dan TDN lebih dari 70 %.
Adapun pemberian konsentrat ini dilakukan dengan cara bertahap dan di batasi maksimum 2 kg/ekor/hari. Sapi dara berumur 6 bulan keatas sudah mampu mencerna bahan makanan yang serat kasarnya tinggi karena daya cernanya sudah sempurna. Makanan terdiri dari hijauan rumput 20 kg/hari/ekor yang mengandung 12 % atau 13 % protein kasar. Apabila dalam pemeliharaanya berada pada kondisi tropis, makan perlu di tambahkan makanan penguat sebanyak 1-1,5 kg/ekor/hari, dan apabila hijauan jelek makan cukup sekali di beri konsentrat 2-3 kg/ekor/hari.
 Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan perhari.Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara intensif dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya.

5. Reproduksi dan Managemen Perawatan Sapi Dara
Perkawinan adalah suatu usaha untuk memasukan sperma ke dalam alat kelamin betina. Perkawinan pertama seekor sapi dara tergantung pada 2 faktor utama yaitu umur dan berat badan. Apabila perkawinan sapi dara terlalu cepat dengan kondisi tubuh yang terlalu kecil, maka akibat yang terjadi adalah :
a.  Kesulitan melahirkan.
b. Keadaan tubuhnya yang tetap kecil nantinya setelah menjadi induk sehingga dapat berakibat kemandulan dan rendahnya produksi susu.
            Sapi dara sudah siap dikawinkan setelah mencapai umur 15 - 18 bulan dengan berat rata-rata 300 kg, Hal tersebut disebabkan karena sapi yang bersangkutan telah mendapatkan pakan yang cukup dan mencapai berat badan yang di kehendaki serta agar pada kisaran umur 28-30 bulan dapat beranak.

6. Sistem Perkawinan Sapi Dara
Sistem perkawinan merupakan sebuah gambaran dari beberapa metode perkawinan untuk program pengembakbiakan sapi.

C.    Manajemen Pemeliharaan Sapi Dewasa
Metode Pemeliharaan dan Penggemukan Sapi Potong (Sapi Bali) Penggemukan sapi dengan sistem kereman dilakukan dengan cara menempatkan sapi-sapi dalam kandang secara terus-menerus selama beberapa bulan. Sistem ini tidak begitu berbeda dengan penggemukan sapi dengan sistem dry lot, kecuali tingkatnya yang masih sangat sederhana. Pemberian pakan dan air minum dilakukan dalam kandang yang sederhana selama berlangsungnya proses penggemukan. Pakan yang diberikan terdiri dari hijauan dan konsentrat dengan perbandinganyang tergantung pada ketersediaan pakan hijauan dan konsentrat (Siregar, 2007).
Siregar (2006), bahwa penggemukan sapi dengan metode kareman hanya terdapat di Indonesia, dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut:
a.       Bakalan sapi untuk penggemukan cukup tersedia dan relatif mudah diperoleh.
b.      Ketersediaan hijauan, termasuk limbah pertanian/industri pertanian cukup potensial dan tersedia sepanjang tahun.
c.       Ketersediaan hasil ikutan industri pertanian seperti ampas tahu, ampas brem, ampas nenas, kulit kedelai atau kacang hijau dan lain sebagainya cukup potensial dan tersedia sepanjang tahun.

1.      Sapi Betina Dewasa
*      Mengawinkan Sapi.
Mengawinkan sapi merupakan pengetahuan yang memerlukan ketrampilan khusus, agar bisa diharapkan perkawinan sapi yang menghasilkan kebuntingan.
Hal-hal yang perlu dipahami antara lain :
Ø  Umur siap kawin sapi betina, secara umum sapi akan mengalami dewasa kelamin (ditandai dengan birahi pertama) pada umur 1,5 – 2 tahun untuk sapi daerah tropis (bos Indicus/Bos Sondaicus) dan umur 8 – 12 bulan untuk sapi keturunan bos Taurus tergantung pada mutu pakan, iklim dan manajemen. Sedangkan dewasa tubuh sapi akan dicapai pada umur 2 – 2,5 tahun untuk sapi keturunan Bos Indicus dan 15 – 20 bulan untuk sapi Bos Taurus. Oleh sebab itu perkawinan pertama pada sapi harus menunggu dewasa tubuh terlebih dahulu.
Ø  Masa birahi sapi betina, yang dimaksud birahi adalah keinginan sapi betina untuk kawin, dimana sapi betina secara umum setiap 21 hari (interval 18-24 hari) seklali akan mengalami birahi. Adapun tanda-tanda birahi pada sapi adalah nafsu makan turun, tidak tenang, melenguh-lenguh, dari vagina keluar lendir yang berwarna transparan (bening), ada kalanya vulva tampak bengkak, merah (3 A = Abang Abuh Anget)
Ø  Saat perkawinan yang tepat, Hal ini penting diketahui oleh peternak karena akan menentukan sapi tersebut bunting atau tidak. Prinsip pengetahuan ini adalah menyangkut lamanya periode estrus, lamanya siklus estrus dan perkiraan waktu ovulasi. Ovulasi akan terjadi 12-14 jam setelah tanda birahi nampak, maka waktu perkawinan yang optimal dilakukan sekitar 9 jam setelah berlangsung birahi sampai 6 jam sesudah birahi berakhir.

*      Kebuntingan.
Sesudah terjadi pembuahan dan timbul kebuntingan, siklus birahi yang biasa terjadi setiap 21 hari sekali akan terhenti sampai masa kebuntingan itu berakhir. Tanda-tanda awal kebuntingan sapi tidak jelas, sulit diamati ataupun diraba. Akan tetapi adanya perubahan tingkah laku yang mencolok akan bisa memberi gambaran bahwa sapi sedang bunting. Tanda-tanda kebuntingan sapi antara lain :
Ø  Birahi berikutnya tidak muncul lagi.
Ø  Adanya perubahan tingkah laku seperti : lebih tenang, tidak suka mendekat pejantan, nafsu makan meningkat, sering menjilat-jilat batu bata, tembok dan lain sebagainya.
Ø  Pembesaran perut sebelah kanan jika usia kebuntingan sudah memasuki pertengahan.
Lama kebuntingan sapi rata-rata berlangsung 9 bulan atau 281 hari, tetapi juga ada yang lebih cepat atau lebih lama, Faktor yang mempengaruhi :
·         Jenis kelamin pedet, pedet jantan sering kali lebih lama,
·         Umur sapi, Sapi yang pertama kali bunting umumnya umur kebuntingannya lebih cepat.
Ø  Sapi yang baru melahirkan, dapat dikawinkan kembali setelah 60 – 90 hari. Walaupun 6 minggu setelah melahirkan sapi sudah menampakkan birahi, akan tetapi tidak boleh dikawinkan terlebih dahulu untuk menunggu alat reproduksi (kandungan sapi) kembali normal sehabis melahirkan pedet.


*      Makanan Sapi
Pemberian makanan pada sapi potong berguna untuk menjaga keseimbangan jaringan tubuh dan membuat energisehingga mampu melakukan peran dalam proses metabolisme. Kebutuhan makanan akan meningkat selama ternak masih dalam pertumbuhan dan pada saat kebuntingan.
Pemberian makanan pada sapi potong yang secara ekonomis dan teknis memenuhi syarat, dilandasi beberapa kebutuhan sebagai berikut :
Ø Kebutuhan hidup pokok, yaitu kebutuhan makanan minimal, meski ternak dalam keadaan hiduptidak mengalami pertumbuhan dan kegiatan. Jika kebutuhan ini tidak tercukupi maka ternak secara alamiah akan mencukupi dengan zat-zat makanan yang ada pada jaringan tubuhnya.
Ø Kebutuhan untuk pertumbuhan, yaitu kebutuhan makanan yang akan dibuat untuk memproduksi jaringan tubuh, dan menambah berat tubuh. Jadi zat makanan diperlukan untuk meningkatkan berat tubuh, setelah kebutuhan pokok terpenuhi.
Ø Kebutuhan untuk reproduksi, yaitu kebutuhan makanan yang diperlukan ternak untuk proses reproduksi, misalnya kebuntingan.

2.      Sapi Jantan Dewasa
Sapi potong untuk jantan dewasa, biasanya akan di seleksi, dan apa bila telah dilakukan seleksi maka akan  di bagi dalam 2 kelompok yaitu:
a.       Sapi jantan yang diseleksi atau akan digunakan sebagai pejantan.
Biasanya sapi jantan ini meruakan sapi yang memiliki keunggulan baik dari fisik, genetic dan kualitas spermatozoanya baik dan layak untuk di jadiakan pejantan unggul, yang akan menciptakan kualitas bibit yang unggul pula.
b.      Sapi jantan yang akan di gemukan.
Sapi potong jantan ini akan di pelihara khusus untuk di ambil produksi dagingnya, karena di nilai kurang memiliki kualitas yang baik untuk di jadikan pejantan.  Sapi-sapi ini biasanya akan di keberi (kaltrasi).
            Kastrasi adalah usaha mematikan sel kelamin gengan jalan operasi dan mengikat atau memutus saluran sperma ataupun memasukkan bahan kimia dengan cara injeksi agar alat reproduksi tidak berfungsi. Tujuannya adalah Supaya sapi lebih jinak, mudah dikuasai, mutu daging dan laju pertumbuhan meningkat. Manfaatnya adalah sapi yang memiliki sifat jelek tidak akan menurunkan atau mengembangkan sifat jelek sehingga secara ekonomis lebih menguntungkan.
1.      Metode Kastrasi:
Ø  Kastrasi dengan elastrator (karet gelang)   (umur < 1mgg).
Ø  Kastrasi dengan cara operasi (1-4 bulan)
Ø  Kastrasi dengan “tang Burdizzo” (semua umur) (Wello, 2011)
2. Pemotongan Tanduk (Dehorning)
Dehorning yaitu mematikan calon tanduk sebelum tumbuh memanjang atau memotong tanduk yang sudah terlanjur tumbuh panjang. Tujuannya adalah untuk menghindarkan bahaya penandukan    terhadap peternak ataupun sesama ternak.

*      Metode dehorning :
v  Menggunakan bahan kimia
Bahan kimia yang digunakan adalah caustic soda dalam bentuk pasta atau batangan seperti lilin. cara ini sering dilakukan pada pedet sebelum umur 2 minggu (3-10 hari). Caranya sebagai berikut :
·        bersihkan /gunting bulu disekitar tanduk, kemudian olesi vaselin.
·        oleskan / gosokkan caustic soda pada dasar      calon    tanduk hingga muncul bintik-bintik darah.
v  Dehorning dengan besi panas
Alat ini menggunakan listrik atau sumber panas lain yang dipakai untuk mematikan/menghilangkan tanduk, terutama untuk pedet muda (1 bulan). Caranya sebagai berikut :
·        Tempelkan besi panas tersebut pada tunas tanduk selama 10-20 detik.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat di ambil beberapa kesimpulan antara lain sebagai barikut :
1.      Pada setiap jenjangan umur ternak, manajemen pemeliharaannya dapat berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan ternak.
2.      Setiap jenjangan umur ternak sapi potong harus di lakukan manajemen pemeliharaan yang baik agar tingkat produksi ternak potong tinggi.

B.     Saran
Adapun saran saya sebagai penulis makalah ini yaitu mengharapkan adanya masukan dari bapak dosen dan para pembaca lainnya agar mau member masukan untuk kesempurnaan isi makalah ini.
















DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. http:// Manajemen Pemeliharaan sapi potong. animal-Intelektual. Blogspot.Com.Html.

Firman. 2011. Pemeliharaan sapi dara. http://adifirman.wordpress.com /2011/ 04/27/pemeliharaan-sapi-dara/ (diakses pada 20 November. 2013)
Hartadi, H. S., S. Reksohadiprodo, dan AD Tillam. 1997. Table Komposisi pakan Untuk Indonesia. Gadja Madah University Press. Yogyakarta.
Ismail. 2011. Manajemen sapi dara. http://rismanismail2. wordpress.com /201 1/10/16/manajemen-pemberian-pakan-sapi-sapi-dara/ (diakses pada 12 september. 2014)
Mujaidin. 2012. Perawatan sapi dara .http://laporankuahmadmujahidin6133 .blogspot.com/2012/06/perawatan-sapi-dara-heifer.html (diakses pada 12 september. 2014)
Kartadisastra, H.R. (1997). Penyediaan & Pengelolaan Pakan ternak Ruminansia (Sapi, Kerbau, Domba, Kambing). Yogyakarta, Kanisius
Sudarmono A. S, Y. Bambang Sugeng. 2008. Sapi Potong. Jakarta. Penebar Swadaya.
Sutardi, I.1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid I. departemen Ilmu Makanan ternak. Fakultas peternakan. Institut Pertanian Bogor.